Melihat hasil sensus penduduk 2010 yang memberi gambaran betapa besarnya jumlah pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, membuat struktur penduduk Indonesia "booming generasi muda" , atau penduduk yang berusia dibawah empat puluh tahun, Dan terjadi perubahan terhadap demografi dan psikografi penduduk. Selain melahirkan kelompok pemilih pemula, struktur masyarakat Indonesia dewasa ini didominasi oleh kelas menengah baru (NEW MIDDLE CLASS).
Oleh karena itu sangat menarik mencermati dinamika masyarakat new middle class ini, selain memiliki jumlah signifikan mereka merupakan generasi muda yang mampu memberi warna kehidupan berbangsa dan bernegara, dan dapat dikatakan "Kelas Menengah Baru Indonesia Merupakan Wajah Indonesia Masa Depan". Apa trend yang terjadi pada mereka akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara masa yang akan datang, sehingga diperlukan pendekatan yang tepat terhadap golongan ini dengan cara menelisik arus pemikiran (mainstream) dan orientasi mereka yang secara inplisit akan mempengaruhi cara mereka membuat pilihan dalam dinamika kehidupan berdemokrasi di Indonesia.
Pemilih
pemula diperkirakan jumlahnya sangat dominan diantara 135 orang penduduk Indonesia, diperkirakan kelompok menengah baru ini lebih dari tiga puluh juta orang. Menurut data Badan
Pusat Statistik 2010, jumlah warga kelompok umur 10 tahun hingga 14 tahun sebanyak 22.677.490
orang, dan kelompok umur antara 15 hingga 19 tahun 20.871.086 orang. Jika diasumsikan
kelompok umur 10 tahun hingga 14 tahun pada 2014 separuhnya berusia 17 tahun dan kelompok
umur 15 tahun hingga 19 tahun itu pada 2014 semuanya menjadi pemilih, berarti ada 32
juta juta potensi suara pemilih pemula pada Pemilu 2014.
Besarnya
jumlah penduduk yang diklasifikan sebagai kelompok menengah baru ini merupakan pangsa pemilih potensial besar yang akan menjadi lahan perebutan
bagi partai politik dalam pemilihan umum maupun dalam pemilihan presiden yang
akan datang. Masyarakat kalangan menengah, terutama kelompok pemilih pemula
menempati posisi strategis dalam dinamika sosial politik nasional, dan mampu
memberi warna dinamika kehidupan politik nasional karena mereka sangat dinamis serta mempengaruhi tingkat tinggi rendahnya partisipasi pemilih, bahkan bisa menentukan arah perolehan suara setiap konstentan dalam pemilihan umum .
___________________________________________________________________________________
PEMILIH PEMULA
Lebih
spesifik lagi, dari kelompok kalangan menengah baru, kalangan pemilih pemula
selain memiliki jumlah signifikan, banyak di antara mereka cenderung memilih sikap “golput”, atau tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu,
karena mereka “kurang simpatik” terhadap dinamika kehidupan sosial politik
akhir-akhir ini. Banyak pemilih muda yang tidak peduli dengan politik karena
melihat tindakan para elit politik dan
pengurus partai politik yang tidak mampu menularkan contoh yang baik
dalam dinamika politik nasional.
Fenomena
“apatisme” kelompok kelas menengah
baru, terutama para pemilih pemula, menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, serta mesti dicari
formula yang tepat untuk mengatasinya oleh para pemangkukepentingan (Stakeholder). Tidak dapat dipungkiri pemilih pemula
merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan kematangan kehidupan politik
dan berdemokrasi. Agar pemilih pemula ini mau menggunakan hak pilihnya
dibutuhkan pendekatan persuasif yang tepat, dan yang terpenting dibutuhkan
perbaikan terhadap kinerja dan performance partai politik dan elit penguasa
maupun elit politik dewasa ini.
Untuk
kemajuan kematangan kehidupan berdemokrasi ke depan, serta untuk meningkatkan
jumlah partisipasi politik masyarakat dalam setiap pelaksanaan pemilihan umum,
pemerintah dan partai politik harus mampu mempengaruhi para pemilih pemula
untuk aktif dalam dinamika politik, khususnya dalam pemilihan umum. Beberapa
upaya yang layak dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sikap apatis
masyarakat, yaitu memperbaiki citra
partai dan menghapus tindakan korupsi para elit politik yang dapat
dilihat secara kasat mata melalui kasus banyaknya jumlah para politisi dan kepala
daerah terjerat masalah hukum.
____________________________________________________________________________________
Pada umumnya pemilih pemula memiliki karakteristik :
Perilaku memilih pemilih pemula umumnya memiliki karakteristik :
____________________________________________________________________________________
VOTING BEHAVIOR PEMILIH PEMULA
Pemilih
pemula yang merupakan generasi muda Indonesia cenderung memiliki perilaku
memilih yang mempunyai karakteristik sangat otonom, tidak tergantung terhadap
pengaruh aliran politik orang tua dan menentukan pilihan secara rasional.
Umumnya, dalam menentukan pilihan, baik dalam pemilihan umum legeslatif maupun
pemilihan presiden, pemilih pemula sangat mempertimbangkan kemampuan
(Capability) seorang calon, rekam jejak (track record) dan program kerja.
Sehingga kalangan ini cenderung tidak terpengaruh oleh sentiment primordialisme
seperti suku, agama dan ras.
Beberapa
hasil survey terhadap prilaku pemilih Indonesia menunjukkan pemilih pemula
umumnya akan menentukan pilihan berdasarkan keputusan sendiri dan sesuai dengan
hati nurani, artinya tidak tergantung pada referensi yang diberikan keluarga. Ini
menunjukkan bahwa peranan orang tua, tokoh acuan, atau politik aliran yang
dianut keluarga kurang menimbulkan pengaruh terhadap perilaku memilih di
kalangan pemilih pemula.
Pada umumnya pemilih pemula memiliki karakteristik :
- Memiliki pendidikan yang baik
- Memiliki akses informasi
- Kritis
- Rasional dalam memilih
- Visioner
- Trend Setter
Perilaku memilih pemilih pemula umumnya memiliki karakteristik :
- Labil
- Baru belajar politik
- Pengetahuan politik kurang
- Cenderung mengikuti trend atau pengaruh teman / kelompok (peer-group)
- Heavy Viewer (Banyak Menonton TV)
- Apatis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar